Hello Guys :) Ini merupakan posting pertama di blog saya yang 'ini'. Kenapa saya menyebutnya
blog yang 'ini'? Jawabannya, karena saya punya blog 'itu' (apa sih). Ehmmm
begini ceritanya. Alkisah zaman dahulu kala (agak lebay) saya sempat mempunyai satu blog, tapi
yaa itu buatnya juga terpaksa karena untuk memenuhi syarat kelulusan dari salah
satu mata kuliah yang pernah saya ambil. Seingat saya, posting di blog saya yang
'itu' juga gak nyampe 10, dan posting yang gak nyampe 10 itu semuanya hanya
berisi tentang materi perkuliahan dari matkul itu aja. Kita semua tau lah ya sesuatu yang dijalankan dengan terpaksa itu gak bakalan bertahan lama, dan itu juga terjadi pada blog saya 'itu'. Setelah lulus
mata kuliah itu, blog 'itu' sama sekali gak pernah disentuh lagi, bahkan saya lupa saya pernah punya blog. Hahaa. Dan kemarin, saya coba-coba buka lagi blog 'itu' dengan niatan untuk
memberdayakannya lagi, ternyata... ternyata... ternyataaa.... ternyata saya
lupa passwordnya -_____- Karena saya lupa password blog yang ‘itu’, maka
lahirlah blog yang ‘ini’. Hahaha. Blog ini muncul sehubungan dengan kewajiban
saya sebagai seorang calon jurnalis yang sedang mengambil mata kuliah Cyber Journalism, yang dimana dalam hal
ini saya wajib mempunyai blog. Bukan hanya sekedar punya blog, tapi juga harus
diolah sebaik mungkin. Eits, tapi blog yang ‘ini’ dibuat bukan karena terpaksa
kayak blog yang ‘itu’ lho (antara jujur dan bohong. Haha). Seiring perjalanan
saya sebagai seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi dengan peminatan Jurnalistik,
saya sadar akan pentingnya untuk mempunyai blog dan tentunya mem-post tulisan-tulisan
yang setidaknya ‘agak bermanfaat’ bagi orang-orang yang membacanya. Okee, saya
kira cukup sampai disini cuap-cuap saya
tentang sejarah munculnya blog ‘ini’. Hahaa.
Selanjutnya,
saya ingin menyuguhkan salah satu tulisan saya yang berupa feature human interest dengan judul “Topeng Monyet, Penyambung
Kehidupan Mereka”. Feature ini merupakan salah satu tulisan yang saya buat
untuk tugas mata kuliah Penulisan Feature yang sedang saya ambil sekarang. Saya
merasa masih banyak kekurangan dalam tulisan saya ini. Maka dari itu, saya
harap teman-teman bersedia untuk memberikan komentar untuk tulisan saya ini, agar kedepannya saya bisa
menulis dengan lebih baik lagi. Terimakasih dan selamat membaca :)
Topeng Monyet, "Penyambung" Kehidupan Mereka
Ditengah teriknya matahari yang seakan tepat berada di atas ubun – ubun,
nampak sosok anak lelaki sambil memegang seutas tali yang terikat pada leher
seekor monyet, mengikuti langkah seorang lelaki paruh baya menyusuri jalan di suatu pemukiman. Sesekali ia mengerutkan
dahi dan menyipitkan matanya melawan sinar matahari yang seakan menembus masuk
ke matanya. Butir – butir peluh pun tak henti membanjiri muka dan sekujur tubuh
anak lelaki berkulit sawo matang tersebut. Sesekali tangan kecilnya berusaha mengusap
keringat yang membasahi wajahnya dengan selembar kain putih usang yang
melingkar di lehernya. Dialah Irwan, seorang anak lelaki yang membantu ayahnya,
Aji, bekerja sebagai tukang topeng
monyet keliling.

Sudah
sejak 2 tahun yang lalu, setiap hari Irwan membantu ayahnya, Aji, menggeluti
pekerjaan sebagai tukang topeng monyet keliling, mulai dari jam 8 pagi hingga 5
sore. Sejak itu pula, ia tak lagi bisa menikmati indahnya masa – masa sekolah
seperti kebanyakan teman – teman sebayanya. Keterbatasan ekonomi keluarganya lah
yang memaksa anak berumur 11 tahun ini untuk berhenti mengenyam pendidikan di
bangku sekolah.
“Penghasilan saya per hari hanya sekitar 50ribu,
ya mana cukup buat biaya sekolah Irwan. Buat makan dan bayar kontrakan rumah
saja kadang gak cukup”, ujar Aji sambil menenteng perlengkapan topeng
monyetnya.
Berhenti
mengenyam pendidikan formal di sekolah tak mematahkan semangat Irwan untuk
belajar. Setelah pulang membantu ayahnya bekerja, ia memanfaatkan waktu
luangnya untuk bermain dan belajar dengan teman – teman sebayanya. Semangat
untuk belajar dan kembali bersekolah terlihat jelas di wajah anak dari 2
bersaudara ini.
“Ya
kalau ada duit, saya mau sekolah lagi. Kemarin kan sekolahnya cuma sampai kelas
3”, ujar Irwan dengan polos.
Keterbatasan
ekonomi memang menjadi penghalang Irwan untuk mengenyam pendidikan di sekolah
formal seperti anak – anak sebayanya. Namun hal tersebut tak berarti
mengurungkan niatnya untuk terus belajar. Ia berusaha keras untuk membantu
ayahnya bekerja, dengan harapan suatu saat nanti ia kembali bisa bersekolah
kembali. Pekerjaan sebagai tukang topeng monyet keliling mungkin hanya dipandang
sebelah mata oleh sebagian orang. Akan tetapi, bagi Irwan dan keluarganya,
topeng monyet merupakan sumber penghasilan dan dari sana lah mereka bisa terus menyambung kehidupan
mereka.
Pertama, mau koreksi EYD nya :)
BalasHapusHarusnya, format penulisan petikan wawancara jurnalis itu adalah
"(sentence),"
Sementara penggunaaan yang Anda lakukan adalah
"(sentence)",
Kemudian, narasi beritanya sudah lumayan bagus, hanya saja terkadang di beberapa bagian, narasinya sedikit over (tapi masih bisa diterima). Selanjutnya, Anda harus fokus pada penentuan judul dan isi artikelnya, jika judul artikel Anda "Topeng Monyet" Penyambung Hidup Mereka. Maka selayaknya isi artikel tersebut benar-benar menggambarkan judulnya. Kata ganti Mereka di sini kurang tepat karena menggambarkan ada banyak tukang topeng monyet. Itu saja sih. Semangat yah kuliahnya :)