Selasa, 13 November 2012

Awal Perjalanan Seorang Anak Jurnal (haseekk)

Hello Guys :) Ini merupakan posting pertama di blog saya yang 'ini'. Kenapa saya menyebutnya blog yang 'ini'? Jawabannya, karena saya punya blog 'itu' (apa sih). Ehmmm begini ceritanya. Alkisah zaman dahulu kala (agak lebay) saya sempat mempunyai satu blog, tapi yaa itu buatnya juga terpaksa karena untuk memenuhi syarat kelulusan dari salah satu mata kuliah yang pernah saya ambil. Seingat saya, posting di blog saya yang 'itu' juga gak nyampe 10, dan posting yang gak nyampe 10 itu semuanya hanya berisi tentang materi perkuliahan dari matkul itu aja. Kita semua tau lah ya sesuatu yang dijalankan dengan terpaksa itu gak bakalan bertahan lama, dan itu juga terjadi pada blog saya 'itu'. Setelah lulus mata kuliah itu, blog 'itu' sama sekali gak pernah disentuh lagi, bahkan saya lupa saya pernah punya blog. Hahaa. Dan kemarin, saya coba-coba buka lagi blog 'itu' dengan niatan untuk memberdayakannya lagi, ternyata... ternyata... ternyataaa.... ternyata saya lupa passwordnya -_____- Karena saya lupa password blog yang ‘itu’, maka lahirlah blog yang ‘ini’. Hahaha. Blog ini muncul sehubungan dengan kewajiban saya sebagai seorang calon jurnalis yang sedang mengambil mata kuliah Cyber Journalism, yang dimana dalam hal ini saya wajib mempunyai blog. Bukan hanya sekedar punya blog, tapi juga harus diolah sebaik mungkin. Eits, tapi blog yang ‘ini’ dibuat bukan karena terpaksa kayak blog yang ‘itu’ lho (antara jujur dan bohong. Haha). Seiring perjalanan saya sebagai seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi dengan peminatan Jurnalistik, saya sadar akan pentingnya untuk mempunyai blog dan tentunya mem-post tulisan-tulisan yang setidaknya ‘agak bermanfaat’ bagi orang-orang yang membacanya. Okee, saya kira cukup sampai disini cuap-cuap saya tentang sejarah munculnya blog ‘ini’. Hahaa.

Selanjutnya, saya ingin menyuguhkan salah satu tulisan saya yang berupa feature human interest dengan judul “Topeng Monyet, Penyambung Kehidupan Mereka”. Feature ini merupakan salah satu tulisan yang saya buat untuk tugas mata kuliah Penulisan Feature yang sedang saya ambil sekarang. Saya merasa masih banyak kekurangan dalam tulisan saya ini. Maka dari itu, saya harap teman-teman bersedia untuk memberikan komentar untuk tulisan saya ini, agar kedepannya saya bisa menulis dengan lebih baik lagi. Terimakasih dan selamat membaca :)



 




Topeng Monyet, "Penyambung" Kehidupan Mereka

Ditengah teriknya matahari yang seakan tepat berada di atas ubun – ubun, nampak sosok anak lelaki sambil memegang seutas tali yang terikat pada leher seekor monyet, mengikuti langkah seorang lelaki paruh baya menyusuri jalan  di suatu pemukiman. Sesekali ia mengerutkan dahi dan menyipitkan matanya melawan sinar matahari yang seakan menembus masuk ke matanya. Butir – butir peluh pun tak henti membanjiri muka dan sekujur tubuh anak lelaki berkulit sawo matang tersebut. Sesekali tangan kecilnya berusaha mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan selembar kain putih usang yang melingkar di lehernya. Dialah Irwan, seorang anak lelaki yang membantu ayahnya, Aji,  bekerja sebagai tukang topeng monyet keliling. 
Setelah beberapa lama menyusuri jalan, langkah kaki kecilnya pun terhenti di depan  gang sebuah pemukiman warga di daerah Jakarta Barat. Ia pun mulai menggiring Susan, seekor monyet betina yang setiap hari menemaninya mencari rejeki. Diikuti dengan iringan musik yang dimainkan oleh ayahnya, Irwan dan Susan pun mulai beraksi untuk menghibur kerumunan anak kecil yang ada disana. Bagi mereka, dimana ada anak kecil, disitulah sumber rejeki mereka. Selang beberapa menit, iringan musik pun berhenti dan Irwan mulai menyodorkan sebuah plastik bekas permen yang sudah tampak kusut kearah kerumunan anak kecil yang menonton pertunjukkannya. Beberapa lembar ribuan pun berhasil ia dapatkan.
Sudah sejak 2 tahun yang lalu, setiap hari Irwan membantu ayahnya, Aji, menggeluti pekerjaan sebagai tukang topeng monyet keliling, mulai dari jam 8 pagi hingga 5 sore. Sejak itu pula, ia tak lagi bisa menikmati indahnya masa – masa sekolah seperti kebanyakan teman – teman sebayanya. Keterbatasan ekonomi keluarganya lah yang memaksa anak berumur 11 tahun ini untuk berhenti mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
 “Penghasilan saya per hari hanya sekitar 50ribu, ya mana cukup buat biaya sekolah Irwan. Buat makan dan bayar kontrakan rumah saja kadang gak cukup”, ujar Aji sambil menenteng perlengkapan topeng monyetnya.
Berhenti mengenyam pendidikan formal di sekolah tak mematahkan semangat Irwan untuk belajar. Setelah pulang membantu ayahnya bekerja, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain dan belajar dengan teman – teman sebayanya. Semangat untuk belajar dan kembali bersekolah terlihat jelas di wajah anak dari 2 bersaudara ini.
“Ya kalau ada duit, saya mau sekolah lagi. Kemarin kan sekolahnya cuma sampai kelas 3”, ujar Irwan dengan polos.
Keterbatasan ekonomi memang menjadi penghalang Irwan untuk mengenyam pendidikan di sekolah formal seperti anak – anak sebayanya. Namun hal tersebut tak berarti mengurungkan niatnya untuk terus belajar. Ia berusaha keras untuk membantu ayahnya bekerja, dengan harapan suatu saat nanti ia kembali bisa bersekolah kembali. Pekerjaan sebagai tukang topeng monyet keliling mungkin hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Akan tetapi, bagi Irwan dan keluarganya, topeng monyet merupakan sumber penghasilan dan  dari sana lah mereka bisa terus menyambung kehidupan mereka. 

1 komentar:

  1. Pertama, mau koreksi EYD nya :)

    Harusnya, format penulisan petikan wawancara jurnalis itu adalah

    "(sentence),"

    Sementara penggunaaan yang Anda lakukan adalah

    "(sentence)",

    Kemudian, narasi beritanya sudah lumayan bagus, hanya saja terkadang di beberapa bagian, narasinya sedikit over (tapi masih bisa diterima). Selanjutnya, Anda harus fokus pada penentuan judul dan isi artikelnya, jika judul artikel Anda "Topeng Monyet" Penyambung Hidup Mereka. Maka selayaknya isi artikel tersebut benar-benar menggambarkan judulnya. Kata ganti Mereka di sini kurang tepat karena menggambarkan ada banyak tukang topeng monyet. Itu saja sih. Semangat yah kuliahnya :)

    BalasHapus